Running Neon Text

Senin, 31 Maret 2014

Kembalikan Indonesia-ku Ke Indonesia


Sudah  68 tahun berlalu semenjak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Indonesia sekarang sudah berubah menajadi Negara yang merdeka. Dan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di bandingkan dengan Negara tetangga, Negara Indonesia lah yang paling lama kemerdekaannya. Tapi kenapa  Indonesia masih kalah modern dibandingkan Negara lain.
Dalam sisi pembangunan, Indonesia termasuk dalam kategori cepat karena kita tahu bahwa pada masa orde baru saat pemerintahan Presiden Soeharto ada yang di sebut dengan Pelita yaitu Pembangunan Lima Tahun. Pelita dilakukan dengan cara menargetkan suatu pembangunan dalam kurun waktu 5 tahun. Selain itu setelah Orde Baru hilang, pembangunan masih berlanut hingga sekarang.
Tapi seiring pembangunan berjalan ada juga efek negatif dari pembangunan yang cepat sekarang ini. Karena pembangunan gedung-gedung yang tidak terkendali maka lama-kelamaan lahan di Jakarta akan kosong selain itu pabrik-pabrik di Kalimantan  yang merusak lahan hutan, lalu tambang di tanah Papua milik negara lain yang membuat negara kita menjadi miskin.

      Dari sisi budaya kita sangatlah kaya dengan 34 Provinsi, tetapi remaja-remaja Indonesia sekarang telah terjajah oleh budaya barat yang serba bebas. Dan banyak hal negative yang ada di banding positifnya. Maka dari itu wajarlah jika berkata “Kembalikan Indonesia-ku Inodenesia”

Pemerintah seharusnya lebih peduli kepada hal-hal seperti ini. walaupun  hal kecil tetapi berpengaruh pada Negara kita ini, Negara Indonesia. Sudah saatnya pemerintah bertindak segala hal negatif yang ada di Indonesia mulai hari hal kecil terlebih dahulu yaitu membenahi remaja dengan pergaulannya.


Minggu, 30 Maret 2014

Pahlawan Nasional "Tuanku Imam Bonjol"

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 – wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa.

Tuanku Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat. “Tuanku Imam Bonjol” adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin.

Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belandayang memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837).

Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol.

Dalam Uang Rp.5000 juga ada gambar pahlawan Tuanku Imam Bonjol, sebagai tanda beliau merupakan pahlawan.



http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol

NAKULA pewayangan Mahabrahata


NAKULA



Nakula adalah seorang tokoh pewayangan Mahabharata. Nakula adalah putera Dewi Madri, kakak ipar Dewi Kunti. Ia memiliki saudara kembar bernama Sadewa dan dianggap putera Dewa Aswin yaitu Dewa tabib kembar.
Nakula memiliki paras yang sangat tampan dibanding saudaranya dan dianggap sebagai suami paling tampan di dunia. Namun Nakula memiliki sifat yang senang menyombongkan ketampanannya. Namun Nakula juga mempunyai watak yang jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yang bernama Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit dan DewiSrengganawati, puteri Resi Badawanganala.
Nakula memiliki kemampuan dalam memainkan senjata pedang, lembing dan juga panah.Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi.
Dalam bahasa Sansekerta kata “Nakula” merujuk kepada warna Ichneumon, sejenis tikus atau binatang pengerat dan dari Mesir Nakula berarti cerpelai atau tikus benggala. Nakula juga disebut nama lain yaitu Dewi Siwa.
Ketika para Pandawa harus menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula pernah menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran "Grantika". Nakula turut serta dalam pertempuran akbar di Kurukshetra, dan memenangkan perang besar tersebut.

Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat). Ia merupakan putra keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga mempunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna
Nakula adalah titisan Batara Aswin, dewa tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi Banyu Panguripan atau "Air kehidupan" pemberian Batara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang istri, yaitu:
Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putra masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
Dewi Srengganawati, puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra alias Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.
Setelah selesai perang Bharatayuddha, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya bersama keempat saudaranya.



BUNGA CEMPAKA khas Pronvinsi Aceh

Bungong Jeumpa/Cempaka dalam bahasa Indonesia (Camellia sp) adalah jemis tanaman berbunga dari suku Magnoliaceae dengan pohon berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 meter dan diameter 50 cm.  Batang lurus, bulat, kulit batangnya halus berwarna coklat keabu-abuan. Tajuknya agak jarang dan agak melebar dengan percabangan yang tidak teratur. Daunnya tunggal, berseling, berbentuk lanset yang agak melebar, berukuran sedang dan berbulu halus pada permukaan bawahnya. Bunga berwarna kuning tua, harum, berukuran agak besar tersusun dalam untaian yang tumbuh pada ketiak daun. Bunga ini termasuk tanaman yang tumbuh didaerah Tropis dan SubTropis di Asia Selatan dan Asia Tenggara serta Tiongkok Selatan. 

Sebagai anggota suku Magnoliaceae, kelompok ini merupakan cabang tumbuhan berbunga yang masih berciri tumbuhan purba, dapat dianggap sebagai fosil yang hidup karena asal-usulnya dapat ditelusuri hingga 95 juta tahun yang lalu. Ciri khas tumbuhan ini adalah perhiasan bunganya yang tidak tersusun dari mahkota bunga dan kelopak bunga, melainkan dari tenda bunga (tepal).

           Daun dan bunga Michelia masih menyerupai daun dan bunga Magnolia. Bunga Michelia lebih tersebar di sepanjang batang tumbuhan, sedangkan bunga Magnolia hanya tumbuh di ujung batang.

             Bunga Jeumpa masih termasuk tumbuhan purba dan asal-usulnya dapat ditelusuri hingga 95 juta tahun yang lalu. Bunga Jeumpa ini diduga kuat berasal dari India dan bagian yang biasa dimanfaatkan adalah bagian batang, daun dan bunganya.Bunga Jeumpa bahkan sejak zaman sebelum kemerdekaan telah dijadikan judul lagu dan juga judul Novel. Hal ini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara rakyat Aceh dengan bunga tersebut. Oleh karena itu Pemerintah Daerah istimewa Aceh (pada saat itu) menjadikan Bunga Jeumpa sebagai flora khas Aceh.
            Selain terkenal karena kecantikan bunganya, Bungong Jeumpa ternyata juga bermanfaat dari sisi kesehatan dan bahan bangunan. Manfaatnya antara lain:


-          Sebagai bahan bangunan kayu Bunga Jeumpa dimanfaatkan untuk kayu bangunan, papan mebel dan panel. Sedangkan daunnya dapat menghasilkan minyak yang dapat diekspor.
-          Sisi Kesehatan, Bunga Cempaka Kuning bermanfaat untuk wanita yang baru melahirkan dan mengobati demam selesma. Cara pakainya: untuk wanita sehabis melahirkan adalah dengan cara mengambil beberapa helai daunnya dan bersihkan terlebih dahulu kemudian rebuslah sampai mendidih lalu setelah airnya suam-suam kuku barulah diminum
untuk mengobati demam selesma, ambil akarnya dipecah-pecahkan, rebus sampai mendidih dan setelah airnya suam-suam kuku barulah diminum perlahan.




"http://wmakhlukbio.blogspot.com/2011/10/bungong-jeumpa-bunga-khas-aceh.html"